BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aqidah adalah pokok - pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah,
dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai
orang yang beriman (mu’min).Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan
dalam diri seseorang secara dogmatis, sebab proses keimanan harus disertai
dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka tidak semua
hal yang harus diimani dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia. Para ulama
sepakat bahwa dalil-dalil aqli yang haq dapat menghasilkan keyakinan dan
keimanan yang kokoh. Sedangkan dalil-dalil naqli yang dapat memberikan keimanan
yang diharapkan hanyalah dalil-dalil yang qath’i.
Aqidah memiliki peranan yang penting dalam konsep mendidik umat manusia,
ruang lingkup aqidah dapat membentuk akhlak yang mulia akan mengantarkan umat manusia
untuk memahami dalam segala aspek kehidupan.Islam selalu menganjurkan untuk
selalu meyakini dan mengimani apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam
Al-quran. Dan sesungguhnya orang yang mengikuti sebuah jalan kehidupan yang
penuh kesesatan adalah karena kurangnya pemahaman tentang aqidah.
Makalah kecil ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa membantu siapa
saja yang ingin memahami aqidah.
B.
Rumusan Masalah
Untuk memudahkan
pembahasannya maka penulis akan mengemukakan rumusan masalah sesuai latar
belakang diatas, yaitu sebagai berikut :
1.
Apa
yang dimaksud dengan Aqidah ?
2.
Apa
Pokok Bahasan dalam Aqidah Islam ?
3.
Apa
saja Ruang Lingkup Aqidah ?
4.
Apa
Sumber dari Aqidah ?
5.
Apa
Karakteristik Aqidah ?
6.
Apa
fungsi dan Peranan Aqidah ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
Pengertian Aqidah.
2.
Mengetahui
Pokok Bahasan Aqidah.
3.
Mengetahui
Ruang Lingkup Aqidah.
4.
Mengetahui
Sumber Aqidah.
5.
Mengetahui
Karakteristik Aqidah.
6.
Mengetahui
Fungsi dan Peranan Aqidah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Aqidah
Secara bahasa aqidah
berasal dari kata al-‘aqdu, yang berarti ketetapan kemauan yang teguh, kuat,
tekad, dan (keras). Proses pernikahan dan jual beli ada istilah aqad, yang
berfungsi untuk mengikat kesepakatan antara kedua belah pihak. Segala perkara
yang wajib diketahui dan diimani oleh seseorang hamba Allah disebut aqidah.
Aqidah Islam adalah
keyakinan yang pasti terhadap rukun-rukun iman, pokok-pokok dan ketetapan
agama, segala hal yang disampaikan oleh Allah dan Rasul-Nya yang meliputi
urusan yang berkaitan dengan hati, perbuatan dan ucapan, juga meliputi manhaj
kehidupan termasuk interaksi dengan yang lain. Dalam pengertian lain, aqidah
adalah keimanan yang pasti kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para rasul,
hari akhir, qadar dan segala hal yang berkaitan dengan perkara yang ghaib,
berita, pokok-pokok ajaran Islam baik yang bersifat ilmu ataupun pengamalan.
Dari pengertian tersebut
dapat kita pahami bahwa aqidah Islam itu adalah keyakinan yang pasti yang tidak
tercampuri dengan keraguan. Hal-hal yang diyakininya itu meliputi iman kepada
Allah, malaikat, kitab, Rasul, hari akhir, qadar, perkara yang ghaib, berita
agama, pokok-pokok agama Islam baik yang bersifat ilmu ataupun pengamalan.
Nama Lain
Aqidah
Untuk ilmu aqidah, ada
beberapa nama yang tersebar dikalangan para ulama, yaitu sebagai berikut:
1.
Aqidah
(i’tiqad dan aqaid). Ada ungkapan yang tersebar dikalangan ulama, misalnya
aqidah salaf, aqidah ahli atsar dan yang sejenisnya. Istilah ini tercermin dari
nama kitab diantaranya kitab Aqidah al-Salaf Ashhab al-Hadits karya al-Shabuni,
Syarh Ushul I’tiqad Ahli al-Sunnah wa al-Jama’ah, karya Lalikai, Al-‘Itiqad
karya al-Baihaqi.
2.
Tauhid,
dinamai demikian karena membahas tauhid Allah, yang terdiri dari uluhiyyah,
rububiyyah, asma wa shifat. Tauhid merupakan pembahasan yang paling mulia dari
ilmu aqidah ini, bahkan menjadi tujuan dari ilmu aqidah. Istilah tauhid ini
tergambar dari nama kitab, diantaranya, Kitab al-Tauhid dalam al-Jami’
al-Shahih karya Bukhari, Kitab al-Tauhid wa Itsbat al-Shifat al-Rab, karya Ibnu
Khuzaimah, Kitab I’tiqad al-Tauhid karya Abu Abdullah Muhammad bin Khafif.
Kitab al-Tauhid karya Ibnu Mandah, dan Kitab al-Tauhid karya Imam Muhammad bin
Abd al-Wahhab.
3.
Sunnah,
sunnah berarti cara. Untuk aqidah salaf diungkapan sunnah karena mereka
mengikuti cara Rasul dan sahabatnya dalam aqidah. Istilah ini ditunjukan oleh
beberapa kitab, diantaranya Kitab al-Sunnah karya Imam Ahmad, Kitab al-Sunnah
karya Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Al-Sunnah karya al-Khilal, Al-Sunnah karya
al-‘Assal, Al-Sunnah karya al-Asyram, dan Al-Sunnah karya Abu Daud.
4.
Ushul
al-Din dan Ushul al-Diyanah, al-Ushul itu mencakup rukun iman, rukun Islam dan
masalah-masalah pasti yang disepakati oleh para imam.
5.
Al-fiqh
al-akbar, yaitu muradif dengan ushul al-din, kebalikannya adalah al-fiqh
al-ashghar, yaitu hukum -hukum ijtihadiyyah.
6.
Al-Syari’ah,
maksudnya sesuatu yang disyari’atkan Allah dan Rasul-Nya berupa sunnah-sunnah
petunjuk, dan yang paling besarnya adalah pokok-pokok agama.
7.
Al-Iman,
mencakup seluruh perkara-perkara yang berkaitan dengan keyakinan.
Selain istilah diatas,
untuk istilah aqidah ada juga istilah lain yang disebutkan oleh sebagian orang
yang bukan ahli sunnah, yang paling popular diantaranya yaitu:
1.
Ilmu
kalam, penyebutan ini dikenal di seluruh kelompok ahli kalam, seperti
Mu’tazilah, Asy’ari, dan orang yang mengikuti jejak mereka. Penyebutan ini
tidak boleh, karena ilmu kalam itu hal yang baru, bid’ah, dan didasarkan kepada
pendapat tentang Allah tanpa didasari kepada ilmu, serta berbeda dengan manhaj
salaf dalam menetapkan aqidah.
2.
Falsafah,
menurut ahli filsafat dan orang yang mengikuti jejak mereka. Penyebutan ini pun
tidak boleh dalam aqidah, karena falsafat didasarkan kepada keraguan-keraguan
dan akal-akal khayalan serta gambaran-gambaran yang khurafat tentang
perkara-perkara ghaib.
3.
Tashawwuf,
menurut sebagian tashawwuf dan filsafat, orang Barat dan orang yang seperti
mereka. Ini pun penyebutan yang bid’ah karena didasarkan kepada ungkapan.
4.
Al-Alahiyyat,
menurut ahli kalam, filsafat dan Barat dan pengikut mereka.
5.
Metafisika.
B. Pokok Bahasan Aqidah Islam.
Yang termasuk kategori pembahasan dalam aqidah islam adalah sebagai
berikut:
1.
Hal-hal yang berkaitan dengan Allah dan setiap sesuatu yang memberitakan
tentang Allah swt. baik zat, sifat atau pekerjaan-Nya.
2.
Para Rasul yang mulia yang Allah utus dengan membawa risalah-Nya kepada
manusia dan hal-hal yang berkiatan dengan para Rasul itu yang mencakup
sifat-sifatnya, hak-hak yang wajib pada mereka, hal yang mustahil dan boleh
bagi mereka
3.
Perkara-perkara yang ghaib, yaitu yang tidak mungkuin sampai untuk
mengetahuinya melainkan melalui wahyu Allah dengan perantara salah satu
Rasul-Nya atau salah satu kitab-Nya.Yang termasuk kategori ghaib ini meliputi:
para malaikat, kitab–kitab, hari akhir, dan berita permulaan penciptaan dan
yang berkaitan dengannya.
Aqidah dilihat dari segi
ilmu meliputi beberapa pokok bahasan, yaitu: iman, Islam, hal-hal yang ghaib,
kenabian, qadar, berita-berita, pokok-pokok hukum yang qath’i, seluruh
pokok-pokok agama dan i’tikad, penolakan terhadap ahli hawa dan bid’ah, seluruh
agama dan kepercayaan yang sesat dan kedudukan mereka.
C.
Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
Meminjam sistimatika Hasaln
al-Banna maka ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:
1.
Ilahiyat.
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah
(Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama - nama dan sifat - sifat Allah, af’al
Allah dan lainnya.
2.
Nubuwwat.
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan
Rasul, termasuk tentang kitab- kitab Allah, mu’jizat, karamat dan lain
sebagainya.
3.
Ruhaniyat.
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Roh dan lain sebagainya.
4.
Sam’iyyat.
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
Sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat,
azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lain sebagainya.
Di samping sistimatika diatas, pembahasan aqidah bisa juga mengikuti
sistimatika arkanul iman (rukun iman) yaitu:
1.
Iman Kepada Allah SWT.
2.
Iman Kepada Malaikat (termasuk juga makhluk ruhani lain seperti Jin,
Iblis dan Syetan).
3.
Iman Kepada Kitab-Kitab Allah.
4.
Iman Kepada Nabi dan Rasul.
5.
Iman Kepada Hari Akhir.
6.
Iman Kepada Takdir Allah.
D.
SUMBER AQIDAH
ISLAM
Aqidah Islam
diambil dari tiga sumber, yaitu:
Al-Quran, Sunnah dan Ijma’.
1.
Al-Quran
Di dalam al-Quran, Allah banyak menjelaskan
tentang aqidah, terutama ayat - ayat makkiyyah. Bahkan hampir setiap ayat –
ayat al-Quran berbicara tentang aqidah. Metode yang digunakan al-Quran dalam menetapkan
aqidah diantaranya dijelaskan dengan cara:
a.
Menegaskan
aqidah secara langsung, seperti perintah untuk beribadah hanya kepada Allah
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”,(QS. Al-Baqarah : 21).
b.
Membatalkan
aqidah - aqidah yang rusak, seperti pada firman Allah:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ
اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ
بِأَفْوَاهِهِمْ ۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ ۚ
قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu
putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah”.
Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan
orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka
sampai berpaling?.” (QS. Al-Taubah
: 30)
c.
Mengungkapkan
kisah - kisah dalam al-Quran, seperti kisah para Nabi bersama para kaumnya,
serta perdebatan diantara mereka.
d.
Membuat
perumapamaan dengan tujuan lebih mendekatkan pemahaman, seperti firman Allah:
ضَرَبَ لَكُمْ مَثَلًا مِنْ
أَنْفُسِكُمْ ۖ هَلْ لَكُمْ مِنْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ مِنْ شُرَكَاءَ فِي
مَا رَزَقْنَاكُمْ فَأَنْتُمْ فِيهِ سَوَاءٌ تَخَافُونَهُمْ كَخِيفَتِكُمْ
أَنْفُسَكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara hamba-sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu; maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal.” (QS. Al-Rum : 28)
e.
Mendorong akal untuk
memikirkan ayat – ayat Allah
قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا تُغْنِي الْآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ
“Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Yunus : 101)
قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ ۖ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَىٰ وَفُرَادَىٰ ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا ۚ مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.” (QS. Saba : 46)
2.
Sunnah
Kedudukan
sunnah bagi al-Quran adalah sebagai penjelas, petunjuk, meungkapkan rahasia
dalam ayat – ayat al-Quran dan menambahkan keterangan yang tidak terdapat dalam
al-Quran. Berkaitan dengan kedudukan sunnah ini, Allah berfirman:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (QS. Al-Nahl : 44)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ رَبِّكُمْ فَآمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu.” (QS. Al-Nisa : 170)
Sunnah Nabi
banyak yang berkaitan dengan aqidah, bahkan para ulama menyusun secara khusus
tentang aqidah dalam hadist.
3.
Ijma’
Kedudukan ijma’ sebagai sumber aqidah bisa dipahami
dalam surah al-Nisa ayat 115 sebagai berikut:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُول مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ مِنِيْنَ المُؤْنُوَلِّهِ ما تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسآءَتْ مَصِيْرًا
“Dan
barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam,
dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al-Nisa : 115)
E. Karakteristik Aqidah Islam
Al-Masyiqah (7 – 8) menjelaskan bahwa dalam memahami aqidah Islam, ada
beberapa karakteristik yang harus dipahami, yaitu sebagai berikut:
1.
Aqidah Islam memiliki sumber yang selamat, dapat dipertanggungjawabkan,
yaitu al-Quran, al-Sunnah dan ijma’ ulama salaf.
2.
Aqidah Islam didasarkan kepada penyerahan diri kepada Allah dan
Rasul-Nya. Allah dan Rasulallah merupakan hal yang ghaib, sedangkan gaib harus
dilaksanakan dengan pemasrahan diri.
3.
Jelas, mudah, dan selamat dari ganggung dan pencampuran.
4.
Mentauhidkan Allah dengan ibadah dan ittiba’ (mengikuti) terhadap Rasul.
5.
Sesuai dengan fitrah yang telah diciptakan oleh Allah sebelum diganggung
oleh syetan.
6.
Sesuai dengan akal yang jelas yang selamat dari syubhat dan syahwat.
7.
Bersifat komprehensif, meliputi berbagai dimensi kehidupan.
8.
Bersifat saling melengkapi, satu sama lain saling membenarkan.
9.
Bersifat pertengahan, bersikap adil dan tidak berlebihan
F.
Fungsi dan Peranan
Aqidah Islam
Fungsi akidah islam, diantaranya yaitu :
1.
Sebagai pondasi untuk
mendirikan bangunan Islam.
2.
Merupakan awal dari
akhlak yang mulia. Jika seseorang memiliki aqidahyang kuat pasti akan
melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia, dan bermu’amalat
dengan baik.
3.
Semua ibadah yang
kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah kita tersebut tidak
akan diterima
Sedangkan peran akidah dalam islam meliputi :
1.
Aqidah merupakan misi
pertama yang dibawa para rasul Allah.
Allah berfirman:Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An-Nahl: 36).
Allah berfirman:Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An-Nahl: 36).
2.
Manusia diciptakan
dengan tujuan beribadah kepada Allah.
Allah berfirman:”Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Allah berfirman:”Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56).
3.
Aqidah yang benar
dibebankan kepada setiap mukallaf.
Nabi bersabda:”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang sebenarnya selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah rasul utusan Allah.” (Muttafaq ‘alaih).
Nabi bersabda:”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang sebenarnya selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah rasul utusan Allah.” (Muttafaq ‘alaih).
4.
Berpengang kepada
aqidah yang benar merupakan kewajiban manusia seumur hidup.
Allah berfirman:”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah kemudian merkea beristiqomah (teguh dalam pendirian mereka) maka para malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata) : “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang dijanjikan Allah kepadamu.”(QS. Fushilat: 30).
Allah berfirman:”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah kemudian merkea beristiqomah (teguh dalam pendirian mereka) maka para malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata) : “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang dijanjikan Allah kepadamu.”(QS. Fushilat: 30).
5.
Aqidah merupakan
akhir kewajiban seseorang sebelum meninggalkan dunia yang fana ini.Nabi saw
bersabda:“Barangsiapa yang akhir ucapannya “Tiada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah niscaya dia akan masuk surga”. (HSR. Al-Hakim dan
lainnya).
6.
Aqidah yang benar
telah mampu menciptakan generasi terbaik dalam sejarah umat manusia, yaitu
generasi sahabat dan dua generasi sesusah mereka.
Allah berfirman:”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran: 110).
Allah berfirman:”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran: 110).
7.
Kebutuhan manusia
akan aqidah yang benar melebihi segala kebutuhan lainnya karena ia merupakan
sumber kehidupan, ketenangan dan kenikmatan hati seseorang. Dan semakin
sempurna pengenalan serta pengetahuan seorang hamba terhadap Allah semakin
sempurna pula dalam mengagungkan Allah dan mengikuti syari’at-Nya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam keseluruhan bangunan
Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai fondasi. Di mana seluruh komponen
ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah merupakan beberapa prinsip keyakinan.
Dengan keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk menunaikan
kewajiban-kewajiban agamanya. Karena sifatnya keyakinan maka materi aqidah
sepenuhnya adalah informasi yang disampaikan oleh Allah Swt. melalui wahyu
kepada nabi-Nya, Muhammad Saw.
Pada hakikatnya filsafat
dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah. Allah
menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal
adanya Allah dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang
Maha Kuasa. Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati.
Sumber aqidah Islam adalah
Al-Qur’an dan Sunnah. Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi hanya
berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan
mencoba –kalau diperlukan – membuktikan secara ilmiah kebenaran yang
disampaikan Al-Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran
bahwa kemampuan akal sangat terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan
mampu menggapai sesuatu yang tidak terbatas.
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka syari’at/jasad kita tidak ada guna apa-apa.
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka syari’at/jasad kita tidak ada guna apa-apa.
B. Saran
Semoga apa yang telah kami
sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang kemudian diamalkan juga semoga
berguna bagi kehidupan kita di masa yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
“Konsep Dasar Aqidah, http://penerbit.insanrabbani.com/konsep-dasar-aqidah-islam/. Diakses pada
tanggal 25 Maret 2016.”
“Konsep Aqidah Dalam Islam, http://piitpitt.blogspot.co.id/2014/06/konsep-aqidah-dalam-islam.html. Diakses pada
tanggal 25 Maret 2016.”
“Sumber Aqidah
Islam, http://lathifatulwahyuni.blogspot.co.id/2014/12/sumber-aqidah-islam.html. Diakses pada
tanggal 25 Maret 2016.”
“Pengertian, Urgensi, Ruang Lingkup dan Sumber Aqidah, http://kuliahaika.weebly.com/akidah/pengertian-urgensi-ruang-lingkup-dan-sumber-akidah. Diakses pada
tanggal 25 Maret 2016.”
Thank you fery" much
BalasHapus